26/06/16

Spesial Ramadhan : Antara Nilai dan Taqwa


JUJUR Vs NILAI

Mencontek? wow , ketika mendengar kata-kata itu seketika tersirat dalam benak kita suatu hal yang wajar, suatu hal yang lumrah di kalangan mahasiswa ataupun pelajar. Ketika para aktivis Mencontek ditanya, “ Kenapa anda mencontek?” dengan santai mereka menjawab “kalau saya jujur, nanti saya lambat lulus”. Hal itu seolah-olah mereka belajar hanya untuk mendapat ijazah atau nilai, memanglah nilai akademik itu hal yang penting tetapi tujuan utama dari belajar itu adalah membina moral dan skill. Ketika nilai lebih mereka utama daripada skill dan moral, jangan heran kalau banyak orang yang memiliki gelar mengganggur, jangan heran banyak orang yang berpendidikan melakukan tindakan yang tidak bermoral, tindakan curang, bahkan merugikan orang lain.
Kenapa hal itu bisa terjadi? itu karena perilaku itu mereka tanamkan sejak mereka dalam proses berpendidikan. Seharusnya peran pendidik disini sangatlah berpengaruh, seorang pendidik janganlah membiarkan dan memberikan kesempatan kepada para mahasiswa atau pelajar untuk melakukan hal tersebut. karena kita tahu berbuat curang itu dilarang dalam agama kita.
Islam Melarang Berbuat Curang dan Berbohong
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang menipu kami, maka ia tidak termasuk golongan kami.” (HR. Muslim no. 101, dari Abu Hurairah).
Hadits di atas ada kisahnya ketika seorang pedagang mengelabui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak jujur dalam jual belinya. Dari Abu Hurairah, ia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya, “Apa ini wahai pemilik makanan?” Sang pemiliknya menjawab, “Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami.” (HR. Muslim no. 102)
Ini berarti setiap orang yang menipu, berbohong, berbuat curang, mengelabui dikatakan oleh Nabi bukanlah termasuk golongan beliau. Artinya, diancam melakukan dosa besar. Menyontek pun demikian.
Akibat Berbuat Curang / Mencontek
Dalam hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta. Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)
Dalam hadits lainnya disebutkan tiga tanda munafik,
“Tiga tanda munafik adalah jika berkata, ia dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan ketika diberi amanat, maka ia ingkar” (HR. Bukhari no. 33 dan Muslim no. 59).
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini menerangkan tanda munafik, yang memiliki sifat tersebut berarti serupa dengan munafik atau berperangai seperti kelakuan munafik. Karena yang dimaksud munafik adalah yang ia tampakkan berbeda dengan yang disembunyikan. Pengertian munafik ini terdapat pada orang yang memiliki tanda-tanda tersebut” (Syarh Muslim, 2: 47).
Akibat mencontek pun dapat dirasakan jangka pendek. Mahasiswa menjadi tidak pede dengan jawabannya. Padahal barangkali jawabannya lebih benar daripada milik temannya. Menyontek juga membahayakan diri sendiri karena bila ketahuan guru, bisa dipastikan nilai 0. Bagi yang dicontek, tidak menyesalkah bila yang menyontek mendapat hasil ujian yang lebih tinggi daripada Anda yang dicontek? Artinya, kerjasama saat di ‘medan perang’ ujian adalah kesia-siaan, karena teman Anda hanya memanfaatkan diri Anda, dan Anda tidak sadar telah dimanfaatkan. Hal ini sering terjadi. Yang namanya kompetisi, maka setiap peserta harus bersaing, bukannya malah bekerja sama. Karena yang namanya juara itu hanya dimiliki oleh satu orang, bukan tim / kolektif.
Adapun bahaya jangka panjang seperti kata pepatah, “Siapa yang menanam, dia akan menuai hasilnya kelak.” Kalau itu adalah kejelekan yang ditanam, maka tunggu hasil jeleknya kelak. Bila seorang siswa terbiasa menyontek, maka kebiasaan itulah yang akan membentuk diri. Beberapa karakter yang dapat ‘dihasilkan’ dari kegiatan menyontek antara lain: mengambil milik orang lain tanpa ijin, menyepelekan, senang jalan pintas dan malas berusaha keras, dan kehalalan pekerjaan dipertanyakan. Bisa dipastikan, saat Mahasiswa sudah Bekerja dan hidup sendiri, tabiat-tabiat hasil perilaku menyontek mulai diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mencuri, korupsi, manajemen buruk, pemalas tapi ingin jabatan dan pedapatan tinggi.

Mending Nilai Pas-Pasan Tetapi Jujur
Mending nilai pas-pasan daripada berbuat curang dan berbohong dengan menyontek. Prinsip inilah yang harus ditanamkan oleh orang tua pada anak-anaknya. Harusnya orang tua mengajarkan kepada anak-anak supaya jujur dan mencari ridho Allah.
Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah menuliskan surat kepada Mu’awiyah. Isinya sebagai berikut,
“Barangsiapa mencari ridho Allah sedangkan manusia murka ketika itu, maka Allah akan bereskan urusannya dengan manusia yang murka tersebut. Akan tetapi barangsiapa mencari ridho manusia, namun membuat Allah murka, maka Dia akan serahkan orang tersebut kepada manusia.” (HR. Tirmidzi no. 2414. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Begitu pula mahasiswa harus pahami bahwa membahagiakan orang tua dengan lulus dalam ujian tidak mesti dengan jalan yang diharamkan, tempuhlah jalan yang Allah ridhoi. Sebab sepandai-pandainya kita menyembunyikan sesuatu, Allah SWT akan melihatnya.

Semoga Allah memudahkan kita yang  menempuh Ujian Akhir Semester. Moga Allah mendatangkan kemudahan dan juga memberikan taufik kepada mereka untuk berlaku jujur dan menjauhi kecurangan. Agar kita mendapatkan hasil yang berkah, dan kelak digunakan untuk bekerja pun mendapatkan keberkahan dan yang pasti mendapatkan ridho Allah SWT
 
back to top