Assalamualaikum Wr Wb
Sobat FUSI yang berbahagia......
SEBAGAI bulan penuh berkah, Ramadhan
menyimpan banyak sekali keutamaan. Satu di antaranya adalah
ditebarkannya waktu-waktu mustajab untuk berdoa. Di waktu sahur
misalnya, Allah turun ke langit dunia dan membentangkan tangan untuk
memberikan apa yang dimohonkan oleh para hamba-Nya yang bangun di tengah
malam.
Rasulullah bersabda, “Tuhan kita yang Maha Suci lagi Maha Tinggi
setiap malam turun ke langit dunia saat waktu malam tinggal sepertiga
yang terakhir. Dia berfirman, “Siapa yang menyeru kepada-Ku niscaya akan Aku beri. Dan siapa yang meminta ampun kepada-Ku pasti akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari).
Berarti, peluang untuk menjadi hamba yang takwa sebagaimana tujuan
utama dari puasa itu sendiri sangat besar, terutama di bulan suci
Ramadhan. Jadi, sangat sayang, jika Ramadhan berlalu sementara tidak
pernah melalui malam dengan bangun (shalat) dan doa. Sebab, selain
mustajab, bulan Ramadhan sangat memungkinkan siapa pun untuk berlatih
bangun di tengah malam.
Di dalam al-Qur’an, Allah menjelaskan satu di antara lima ciri seorang hamba Allah, yakni melalui malam dengan sholat.
وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّداً وَقِيَاماً
“Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka,” (QS. Al-Furqon [25]: 64).
Bahkan, di dalam ayat yang lain, hamba Allah itu memiliki ciri sedikit tidur di malam hari. “Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam, mereka memohon ampun” (QS. 56: 17-18).
Dengan demikian maka, malam hari, utamanya di Bulan Ramadhan adalah
momentum yang baik bagi setiap Muslim untuk mengadukan masalahnya kepada
Allah seraya memohon petunjuk untuk menemukan solusinya.
Jadi, kita tidak perlu mengeluh kepada yang lain, apalagi di dinding
wall facebook. Karena selain mengadu kepada Allah, pasti kita tidak akan
menemukan solusi. Oleh karena itu, di bulan suci ini mari kita tajamkan
doa-doa kita kepada-Nya dengan bersimpuh pasrah mengadu dan menyerahkan
segala macam permasalahan yang kita hadapi agar segera mendapat
pertolongan dari-Nya yang Maha Kuasa.
Bagaimana mungkin di bulan ini kita tidak tertarik, sementara segala
upaya kebaikan akan dibantu oleh Allah agar mudah dilakukan. Bahkan
Allah akan bantu kita terhindar dari kejahatan, jika kita benar-benar
menghendakinya.
Dalam haditsnya Rasulullah shalllahu alayhi wasallam tegaskan, “Ketika datang bulan Ramadhan, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu jahannam ditutup, dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari).
Dengan demikian, seiring dengan pemahaman kita tentang keutamaan
Ramadhan yang diiringi dengan niat yang kuat untuk menjadi insan takwa
dengan memperbanyak doa di tengah atau akhir malam seperti yang
Rasulullah lakukan, maka target takwa yang kita inginkan, insya Allah
akan menjadi kenyataan.
Kemudian, di Bulan Ramadhan juga ada waktu yang sangat spesial yang
Allah hadiahkan kepada umat Nabi Muhammad, yakni Lailatul Qadar.
Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik daripada seribu bulan.
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.” (QS: al Qadr [97]: 3).
Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitabnya Asbabun Nuzul menjelaskan
perihal sebab turunnya ayat tersebut sebagaimana diriwayatkan oleh Ibn
Jarir.
“Ibn Jarir meriwayatkan dari Mujahid yang berkata, “Dahulu, di antara
Bani Israel hidup seorang laki-laki yang senantiasa melakukan shalat
malam hingga shubuh tiba, sementara di pagi harinya berjihad menumpas
musuh hingga sore. Ia terus-menerus melakukan hal tersebut selama seribu
bulan. Allah lalu menurunkan ayat, ‘Malam kemuliaan itu lebih baik
daripada seribu bulan.’ Artinya, melaksanakan sholat di malam itu lebih
baik dari amalan yang dilakukan laki-laki Bani Israel tadi.
Lantas, bagaimana kita bisa mengetahui kapan tepatnya Malam Lailatul
Qadar itu berlangsung? Dalam haditsnya Rasulullah menjelaskan, “Semalam
aku bermimpi melihat Lailatul Qadar, tetapi kemudian aku dilupakan atau
aku lupa. Maka carilah ia pada sepuluh hari yang terakhir di hitungan
pada hari yang gasal.” (HR. Bukhari).
Di sinilah, komitmen kita untuk dapat menggondol keutamaan Ramadhan,
khususnya Lailatul Qadar benar-benar diuji. Pasalnya, di sepuluh hari
terakhir Ramadhan, orang umumnya sibuk belanja ini dan itu. Pasar
semakin ramai, sementara masjid, tempat dimana keutamaan dibentangkan,
justru semakin sepi. Padahal, di sepuluh hari terakhir, Nabi tidak
pernah meninggalkan masjid (i’tikaf).
Di tahun ini, kalau pun mungkin tidak sempat i’tikaf secara penuh,
setidaknya kita berusaha untuk tetap bisa mendapatkan malam yang sangat
mulia itu, Lailatul Qadar. Sebab, jika kita berhasil, insya Allah
ampunan dan keridhoan Allah akan menyertai kehidupan kita semua.
Setidaknya, itulah dua momentum besar yang terdapat di Bulan Ramadhan
yang sangat memungkinkan kita mendapat jawaban atas doa yang kita
mohonkan kepada Allah Ta’ala. Selain, waktu-waktu mustajab lain yang juga berlaku di bulan lainnya, seperti doa antara adzan dan iqamah, doa di antara duduk dua khotbah dan lain sebagainya.
Allah Maha Mengabulkan Doa
Mungkin dari sebagaian kaum Muslimin masih ada yang agak minder
dengan dirinya yang mungkin merasa dirinya kurang sholeh, banyak
melakukan maksiat dan lain sebagainya. Tetapi, apa pun masalah yang
pernah terjadi di masa lalu, hendaknya tidak menghalangi diri untuk
bersegera memohon ampun kepada Allah. Sebab, Allah sangat senang kepada
siapa saja yang mau taubat dan memperbanyak doa kepada-Nya.
Bahkan Allah berjanji akan mengabulkan doa hamba-hamba-Nya
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ
الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي
لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang
Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi
(perintah)-Ku dan beriman kepada-KU, agar mereka memperoleh kebenaran.” (QS. Al Baqarah [2]: 186).
Dalam kitabnya Asbabun Nuzul Jalaluddin As-Suyuthi
menjelaskan perihal sebab turunnya ayat tersebut. “Pada suatu hari
seorang Arab Badui mendatangi Nabi, lalu berkata, “Apakah Tuhan kita
dekat sehingga kita cukup berbisik saat memohon kepada-Nya, atau kah
Dia jauh, sehingga kita perlu berteriak memanggilnya?’ Rasulullah pun
terdiam, lalu turun firman-Nya, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat…”
Kemudian janji ini Allah tegaskan dalam ayat-Nya yang lain
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu…” (QS al Mu’min [40]: 60).
Dalam tafsirnya, Ibn Katsir menjelaskan bahwa ayat tersebut merupakan
karunia dan karamah Allah Ta’ala yang mengajurkan hamba-Nya untuk
berdoa kepada-Nya, serta jaminan bagi mereka bahwa Allah pasti
mengabulkannya. Bahkan Allah mengategorikan do’a sebagai ibadah. Rasul
bersabda, “Sesungguhnya do’a itu adalah ibadah.” (HR. Ahmad).
Sebaliknya, barangsiapa yang tidak mau berdoa maka baginya kemurkaan-Nya. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang tidak berdo’a kepada Allah, Dia akan murka kepadanya.” (HR. Ahmad).
Dengan demikian, mari kita pertajam doa kita dengan mengikuti semua
perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Sungguh Allah senang dan
pasti akan mengabulkan setiap doa yang dipanjatkan oleh hamba-hamba-Nya.
Apalagi, di bulan suci seperti ini, kita berupaya sungguh-sungguh untuk
menjadi insan takwa, pasti Allah akan berikan kemudahan. Yakinlah!*/Imam Nawawi
